Lintas Indonesia

Informasi Dunia PTC

Cellular Corner

Tradisi-tradisi di Pekalongan

03 Maret 2009

Pekalongan mempunyai banyak tradisi yang biasa dijalankan oleh masyarakat dan menyimpan potensi sebagai daya tarik wisata diantaranya Khoul dan Syawalan.


Tradisi Khoul


tradisi_khoul_di_pekalongan Khoul adalah tradisi berupa upacara keagamaan untuk memperingati / mengenang jasa-jasa tokoh agama / habib yang dilakukan oleh penerus dan atau pengikut tokoh tersebut. Tradisi ini dilakukan setahun sekali.


Ada banyak khoul yang diselenggarakan dan menarik banyak peziarah dari berbagai kota di sekitar Pekalongan. Yang paling terkenal adalah Khoul untuk mengenang jasa- jasa Habib Akhmad bin Abdullah bin Tholib Al Athas, semasa hidupnya merintis penyebaran agama islam di Jawa, yang diselenggarakan setiap tanggal 14 Sya'ban (Ruwah) setiap tahun.

Tradisi Syawalan


tradisi_syawalan_lopis_raksasa_pekalongan Syawalan merupakan tradisi khas masyarakat Pekalongan, yakni seminggu setelah hari raya Iedul Fitri (Lebaran). Biasanya setelah lebaran, masyarakat Pekalongan melaksanakan puasa sunah 6 hari. Oleh karena iitu, masyarakat Pekalongan baru benar-benar merayakan lebaran setelah seminggu Lebaran, dengan berbagai macam cara. Ada yang berwisata, berkunjung ke sanak saudara yang jauh, dan sebagainya.


Ada satu tradisi syawalan yang terkenal sampai ke luar daerah, bahkan mungkin sampai ke seluruh Indonesia karena sudah sering diliput oleh televisi nasional, yakni pemotongan kue lopis raksasa di Krapyak (disebut juga lopisan atau krapyakan).


Krapyakan / lopisan adalah tradisi masyarakat yang berada di Pekalongan dan sekitarnya untuk menyaksikan pemotongan LOPIS RAKSASA yang mempunyai ukuran diameter 150 cm, berat 185 kg dan tinggi 110 cm, diselenggarakan 1 minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. oleh Walikota / Pejabat Muspida.


Asal muasal tradisi syawalan ini adalah sebagai berikut, pada tanggal 8 Syawal masyarakat Krapyak berhari raya kembali setelah berpuasa 6 hari, dalam kesempatan ini, mereka membuat acara ‘open house’ menerima para tamu baik dari luar desa dan luar kota. Hal ini diketahui oleh masyarakat diluar krapyak, sehingga merekapun tidak mengadakan kunjungan silaturahmi pada hari-hari antara tanggal 2 hingga 7 dalam bulan Syawal, melainkan berbondong-bondong berkunjung pada tanggal 8 Syawal. Yang demikian ini berkembang luas, bahkan meningkat terus dari masa ke masa sehingga terjadilah tradisi Syawalan seperti sekarang ini.


Tradisi Syawalan yang rutin dilakukan oleh masyarakat Kota Pekalongan ini sudah dimulai sejak 130-an tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1855 M. Kali pertama yang mengelar hajatan Syawalan ini adalah KH. Abdullah Sirodj yang merupakan keturunan dari Kyai Bahu Rekso.


Upacara pemotongan lopis ini baru dimulai sejak tahun 1956 oleh bapak Rohmat, kepala desa daerah tersebut pada saat itu. Lopisan berasal dari kata lopis, yaitu sejenis makanan spesifik Krapyak yang bahan bakunya terdiri dari ketan, yang memiliki daya rekat luar biasa bila sudah direbus sampai masak benar.


Lopis memang mengandung suatu falsafah tentang persatuan dan kesatuan yang merupakan sila ketiga dari Pancasila kita. Betapa tidak, ia dibungkus dengan daun pisang, diikat dengan tambang dan direbus selama empat hari tiga malam, sehingga tidak mungkin lagi butir-butir ketan itu untuk bercerai berai kembali sebagaimana semula.


Mengapa tidak dibungkus dengan plastik atau bahan lain yang lebih praktis, sesuai dengan kecangihan masa kini ? Pohon pisang tidak mau mati sebelum berbuah dan beranak yang banyak atau dengan kata lain tak mau mati sebelum berjasa dan meninggalkan generasi penerus sebagai penyambung estafet. Demikian mendalamnya pemikiran sesepuh kita terdahulu. ( Sumber Kantor Pariwisata & Kebudayaan )


2 komentar:

Raden mengatakan...

Tradisi pekalongan syawal masih aku yang megang rankingnya ya mas hehehe

Unknown mengatakan...

Sekedar urun tulisan apa yang tercatat pada keluarga kami:
Adam AS
Syayts
Anwasy
Qinan
Azda
Akhnukh (Idris AS)
Mutawasysyalikh
Lumka
Nuh AS
Sam
Arfakhsyad
Syalikh
‘Abar (Hud AS)
Faligh
Ar’us
Asyu’
Nahur
Tarikh
Ibrahim AS
Ismail AS
Qaidar
Jamil
Nabat
Yasyhab
Hamyasa’
Udada
Adda
‘Adnan
Ma’da
Nazzar
Mudhar
Ilyas AS
Mudrikah
Khuzaimah
Kinanah
Nadhar
Malik
Fahr
Ghalib
Luay
Ka’b
Murrah
Kilab
Qushay
Abdil Manaf
Hasyim
Abdil Muththalib
Abu Tholib
Sayyidatina Fathimah RA + Sayyidina 'Aly RA
Sayyidina Husain RA
Aly Zainal Abidin
Muhammad Al Bagir
Ja'far Asshodiq
Aly Al Uraidhi
Muhammad Naqib
Isa Arrumi
Ahmad Al Muhajir
Ubaidillah (Abdullah)
Alwi Awwal
Muhammad Sahibus Saumiah
Alwi ats-Tsani
Ali Khali' Qasam
Muhammad Shahib Mirbath
Alwi Ammi al-Faqih
Abdul Malik (Ahmad Khan)
Abdullah (al-Azhamat) Khan
Ahmad Syah Jalal
Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana Akbar)(Jamaluddin Al Husain)
Maulana Malik Ibrahim (Ibrahim Akbar) Sunan Gresik
Maulana Ahmad Rahmatullah (Sunan Ampel)
Abdul Muhyi (Waliyullah Abdul Muhyi Pamijahan)
Abdullah (Pangeran Haryo Mangor)
Ahmad
Alwy (Pangeran Nowo)
Maulana Muhammad (Kyai Ageng Tjempaluk)
Bihailladiin (Kiai Bahurekso)
Ahmad (R. Surodimejo)
Muhammad (R. Tjondrodimerto)
Amir Sulaiman
Amir Husain
Amir Zahid
R. Abdurrohiim Martoloyo (Yang Sekolah di Mesir)
KH Abdullah Sirodj

Salam,
MSH

Kolom Sastra

 
 
 

Belajar Blog

Belajar SEO

Belajar Bisnis Online